Refleksi Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Momentum Membangkitkan Kesadaran Persatuan Bangsa

Bagi seorang muslim tentunya tidak asing dengan tanggal 12 Rabiul Awal yang menjadi tanggal bersejarah bagi umat Islam di seluruh dunia. Oleh karenanya, tak mengherankan jika pada tanggal tersebut selalu terdapat peringatan yang telah menjadi tradisi tersendiri bagi setiap umat Islam. Banyak tradisi yang dilakukan untuk memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW. Khususnya di negara Indonesia kerap kali memperingati Maulid Nabi dengan melakukan sholawatan, tabligh akbar, kajian dan masih banyak lagi. Memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW atau yang seringkali disebut Maulid Nabi Muhammad SAW menjadikan umat muslim mengingat kembali sejarah perjalanan Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan dakwah Islam yang dapat dijadikan tauladan bagi semua umat muslim.

Banyak sekali contoh betapa agungnya sikap Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah sekalipun aniaya dari orang-orang musyrik diterimanya. Hal tersebut dapat dijadikan tauladan bagi umat muslim kemudian dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saat Nabi Muhammad SAW dihinakan penduduk Mekkah, maka dia mengajak Zaid bin Haritsah untuk pergi berdakwah ke Thaif, dengan sebuah harapan dakwahnya akan didengar tetapi seluruh penduduk langsung melempari tubuh Nabi dengan penuh kebencian dan cacian.Tersaruk-saruk Nabi menghindar dari keroyokan seluruh penduduk Thaif ini, wajahnya penuh darah dari pelipisnya yang luka menganga, kakinya pincang karena lemparan batu yang besar. Tidak mampu menahan rasa sakit yang hebat ini, Nabi pingsan dekat sebuah kebun. Pada saat itulah Jibril dengan iba berkata kepada Nabi. “Wahai kekasih Allah, mintalah sesuatu, pasti Allah akan kabulkan permintaanmu itu.”

Seperti diberi kekuatan, Nabi kemudian bersabda: Allahummahdi qoumi fainnahum laa ya’lamun (Ya Allah berilah petunjuk kepada kaumku, karena mereka tidak tahu). Bukan dendam yang dipantulkan, kendati wajahnya penuh dengan luka dan darah, tetapi kasihlah yang ditunjukkannya. Alangkah mulianya akhlak rasul. Dalam fitnah dan amarah para jahili, dia tetap istiqamah memancarkan kesejukan abadi. Pancaran cinta, marhamah harus didakwahkan kepada setiap manusia di setiap sudut kehidupan, balighu ‘ani walau ayah (sampaikanlah ajaranku ini walau satu ayat). Dari penggalan suatu kisah tersebut tentu saja hal ini dapat kita ambil tauladan dari sikap Nabi Muhammad SAW yang kemudian dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Di Indonesia dalam memperingati  Maulid Nabi bukanlah sekedar acara seremonial belaka. Namun menjadi momen yang tepat guna mempererat dan mempersatukan bangsa Indonesia yang merupakan negara yang majemuk dan mempunyai berbagai macam keberagaman. Moment maulid  ini menjadi penting sebagai salah satu alat yang dapat membantu dalam mengiringi hal-hal yang baik yang telah Rasulullah ajarkan. Terlepas dari itu bangsa Indonesia juga merupakan bangsa yang tercipta akan keanekaragam. Dengan keberagaman tersebut mari di tengah peringatan Maulid ini dijadikan introspeksi diri agar dapat menghargai keberagaman dan menanamkan toleransi disetiap sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Agama Islam yang hadir dan tengah berkembang dengan sangat cepat serta diterima baik oleh masyarakat dapat menebarkan kebaikan dan menjadi tali pengikat serta perekat ditengah kemajmukan masyarakat Indonesia.

Maka dari hal ini, mari kita memperingati Maulid Nabi sebagai suatu muhasabah yang mendukung negara Indonesia yang majemuk dapat mengaktualisasikan ajaran Rasulullah SAW serta dapat menyadarkan kesadaran persatuan bangsa juga dapat mentauladani perilaku Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

  • Penulis Turfatul Atiyah, Mahasiswi Fakultas Hukum, Mahasiswi Penerima Beasiswa Sarjana Muamalat (Departemen Sosial dan Dakwah Kumpulan Remaja Masjid Ainul Yaqin UNSIMA Malang)
  • Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi http://www.kui.unisma.ac.id
  • Popular Article atau Rubrik Opini http://www.kui.unisma.ac.id adalah terbuka untuk umum. Panjang naskah sekitar 500-600 kata (berbahasa Indoneisa atau bahasa Internasional). Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
  • Naskah dikirim ke alamat e-mail: kui@unisma.ac.id
  • Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.