Memperjuangkan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional hingga ke Jerman oleh Dr. Sri Wahyuni, M.Pd Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerja Sama FKIP UNISMA Malang
Kegiatan ini memang sudah cukup lama diselenggarakan, tetapi kenangan itu masih tetap ada hingga kini…….. Kami dari Universitas Islam Malang mewakili Indonesia dalam Sidang Memartabatkan Bahasa Melayu di Jerman.
Bahasa Melayu termasuk Bahasa Indonesia terus diperjuangkan agar bahasa ini menjadi bahasa internasional. Hampir setiap tahun para ahli bahasa, pengajar bahasa, dan pemerhati bahasa Melayu berkumpul di suatu negara untuk berjuang agar bahasa Melayu menjadi bahasa internasional. Tahun ini, acara diadakan di Frankfurt Jerman. Acara inti dari kegiatan ini adalah mendiskusikan sekaligus memperjuangkan Bahasa Melayu menjadi Bahasa Internasional dalam suatu kegiatan yang dinamanakan “Sidang Memartabatkan Bahasa Melayu” yang ke sekian kalinya.
Bahasa Indonesia merupakan salah satu varian terbesar dari Bahasa Melayu yang sangat diperhitungkan di tingkat dunia karena jumlah pemakainya yang memang juga sangat besar. Kegiatan tahunan yang dipelopori oleh Universitas Pendidikan Sultan Idris (UPSI) Malaysia ini didukung oleh negara-negara pemakai Bahasa Melayu khususnya di Asia Tenggara dan sekitarnya serta negara-negara pengkaji dan pengembang Bahasa Melayu di seluruh dunia termasuk di Eropa.
Sidang Antarbangsa kali ini diadakan di Goethe Universitat atau nama lengkapnya Johann Wolfgang Goethe Universität Frankfurt am Main, Jerman. Saat ini, Goethe Universitat memiliki 46.000 mahasiswa, pada empat kampus utama di dalam kota. Empat kampus yang terletak di Frankfurt am Main ini meliputi (1) Campus Bockenheim: Mathematics, Computer science, Art history, Fine Arts, (2) Campus Riedberg: Pharmacy, Physics, Chemistry, Biochemistry, Biology, Geosciences and Geography, (3) Campus Westend: Social sciences, Pedagogy, Psychology, Theology, Philosophy, History, Philology, Archaeology, Law, Economics and Business Administration, Human geography, dan (4) Campus Niederrad: Medical science, Dentistry, University hospital. Untuk hari pertama dan kedua, kita bersidang di kampus Westend, dan hari ketiga di kampus Bockenheim.
Ayo Kuliah dan Daftar di UNISMA Malang sekarang!
Pendaftaran bisa melalui online: http://pmb.unisma.ac.id/
Goethe-Universität Frankfurt am Main adalah universitas negeri yang berlokasi di kota Frankfurt, Jerman. Frankfurt terletak di tengah-tengah wilayah metropolitan utama Jerman yang mencakup populasi hampir enam juta orang. Fitur geografis yang mendominasi kota adalah Sungai Main, yang menghubungkan hilir Sungai Rhine ke dekat kota Mainz. Frankfurt menikmati iklim yang relatif hangat dari Mei sampai September, dengan suhu yang menurun signifikan di musim dingin. Namun, karena ketinggiannya yang relatif rendah, kota ini tidak banyak bersalju selama musim dingin. Selama kami tinggal di Frankfurt, suhu sekitar 13-18°c, suatu suhu yang sudah membuat kami terus menggigil meskipun sudah memakai baju hangat. Universitas ini didirikan pada tahun 1914. Nama perguruan tinggi ini diambil dari nama tokoh Johann Wolfgang von Goethe, seorang tokoh serbabisa dan juga pahlawan besar di Jerman.
Dalam artikel Zaim Saidi (Direktur Wakala Induk Nusantara) berjudul “Johann Wolfgang von Goethe: Muslim Eropa Pertama?” disebutkan, Wolfgang von Goethe Sang Jenius kemungkinan besar wafat sebagai seorang muslim. Kemusliman Goethe terungkap melalui penelitian mendalam oleh ulama Eropa masa kini, Shaykh Dr Abdalqadir as Sufi (lahir sebagai Ian Dallas asal Skotlandia), bersama salah satu muridnya asal Jerman, Abu Bakr Rieger, kini Presiden Uni Muslim Eropa dan Sekjen Asosiasi Pengacara Muslim Eropa. Mereka berdua, pada 1995, menerbitkan sebuah dokumen “Fatwa on The Acceptance of Goethe as Being Muslim”. yang dicetak dan disebarluaskan oleh Weimar Institut, Jerman (19 Desember 1995). Kemusliman seorang Goethe, khususnya dalam konteks Eropa, memiliki implikasi yang sangat penting, terutama saat gejala islamofobia di dunia Barat terus dibesar-besarkan, seperti yang terjadi akhir-akhir ini. Drs Nurman Kholis, M. Hum, peneliti muda Puslitbang Lektur Keagamaan, Balitbang Departemen Agama, menyebutkan bahwa perkenalan Goethe pada Islam dimulai dari minatnya pada studi tentang ketimuran. Ini didorong oleh persentuhan Goethe dengan syair-syair karya Saadi dan ajaran tasauf Jalaluddin Rumi. Sejak usia muda, pada umur 20-an awal, Goethe mulai belajar membaca dan menulis bahasa Arab, dan menelaah al-Quran dan menyalin ayat-ayat pendek dengan tulisan tangannya. Goethe mulai mengenal al-Quran melalui terjemahan karya JV Hammer (bahasa Jerman) dan karya G. Sale (bahasa Inggris). Dengan kemahiran menulis dan membaca bahasa Arab Goethe mulai mengkopi doa-doa pendek berbahasa Arab, dan mengatakan, “Tidak ada dalam spirit bahasa lain, kata dan huruf mampu ditampung sedemikian orisinalnya.” Keyakinan Goethe terhadap kebenaran Islam, ia tuangkan dalam buku syairnya West-stliche Divan, yang juga ia beri judul bahasa Arab Al-Diwan Al-Syarqiyyu li Al-Muallifi Al-Gharbiyyi. Tantang al Qur’an Goethe menulis: “Tak bakal seorang pun ragu tentang kebesaran efisiensi Kitab ini. Itu sebabnya ia dinyatakan sebagai bukan sebuah ciptaan oleh para pendukungnya…Kitab ini akan abadi ampuh selamanya.” Pada usia 70 tahun ia menulis tentang lailatul qadar secara afektif, ia “ingin memperingati dengan takzim malam ketika Rasul dianugerahi Qur’an secara lengkap dari atas.”
Untuk menuju kampus Western, kami memilih naik trem dan kereta api. Pertama, untuk menuju stasiun kereta Hauptbahnhof, kami bisa memilih jalan kaki atau naik tram. Biasanya kita memilih jalan kaki karena sambil olah raga…… Hauptbahnhof Frankfurt adalah salah satu stasiun kereta terbesar dan tersibuk di Eropa. Sampai di stasiun Hauptbahnhof, kami menuju kereta api bawah tanah untuk satu penghentian stasiun, dan kemudian kita naik kereta lagi dan berhenti pada stasiun keempat. Sampai di sini kemudian kami masih harus berjalan kaki sekitar 300 meter untuk sampai kampus. Sekedar informasi, angkutan umum di kota Frankfurt sungguh lengkap, rapi, dan tertib. Tiket untuk angkutan umum yang meliputi bus, tram, U-bhn, dan sebagainya dapat didapat dengan mudah di mesin-mesin otomatis di setiap stasiun. Untuk perjalanan sehari dengan angkutan umum apa pun, satu orang harus membayar tiket 8,85 Euro dan untuk perjalanan satu minggu sebesar 24,70 Euro. Karena kami beberapa hari harus ke kampus, kami pun membeli tiket yang 24,70 Euro. Meskipun selama naik angkutan umum tidak ada pemeriksaan tiket, tapi jangan sekali-kali naik tanpa tiket karena begitu tertangkap basah tidak mempunyai tiket, maka bisa kena denda sekitar 80 Euro. Tapi itulah karakteristik masyarakat di sana, ada saling kepercayaan antara pemerintah dan masyarakatnya.
Ayo Kuliah dan Daftar di UNISMA Malang sekarang!
Pendaftaran bisa melalui online: http://pmb.unisma.ac.id/
Hari pertama pada tanggal 26 Mei beberapa tahun silam, kami memulai kegiatan dengan acara pembukaan yang dilakukan oleh Konsulat Jenderal Malaysia, Frankfurt dan sambutan dari pihak Goethe Universitat. Berikutnya adalah pemaparan keynote speaker 1 Prof. Dr. Arndt Graf dari Goethe Universitat dengan moderator Prof. Madya Dr. Sanat Md. Nasir, yang mempresentasikan makalah dengan judul “MALAY LINGUISTICS AND THE CHALLENGE OF ISI (WEB OF SCIENCE)”. Beliau banyak mengupas tentang peringkat universitas yang berkaitan dengan jumlah publikasi, yang ini dikatakan semua perguruan tinggi di dunia sedang mengalami “ranking shocks”, dan hubungannya dengan peringkat yang dibuat ISI (Institute for Scientific Information). Konsekuensi dengan adanya peringkat, berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan posisi peringkat tersebut, dan untuk Bahasa Melayu kecil kemungkinan untuk bisa masuk dalam peringkat ISI. Presentasi berikutnya oleh Prof. Dr. Koh Young Hun dari Hankuk University of Foreign Studies, Seoul, Korea yang banyak mengupas tentang pengajaran Bahasa Melayu-Indonesia di Pusat Pengajian Tinggi Korea. Pemakalah berikutnya adalah Prof. Dr. Mahzan Arshad dari UPSI, yang membahasa tentang pengukuran keterampilan Bahasa Melayu bagi warga asing. Dari National Institute of Education Nanyang Technological University Singapura Roksana Bibi Binte Andullah membahas tentang penyerapan bahasa dalam pertembungan budaya: Penggunaan Kata-Kata Melayu dalam Pertuturan Bahasa Asing di Singapura. Pada hari pertama ini di ruang berbeda dipresentasikan makalah oleh enam teman dari UPSI dan UPM Malaysia, serta dari Kementrian Pendidikan Singapura. Di akhir kegiatan hari pertama ditutup dengan keynote speaker 2 Prof. Madya Dr. Sanat Md. Nasir yang membahasa tentang Bahasa Melayu dalam Konteks Budaya.
Pada hari kedua, dipresentasikan makalah oleh Dr. Jerome Samuel dari Intitut National Des Langues Er Civilisation Orientales Paris, Perancis yan membahas tentang bagaimana mengajar Bahasa Indonesia di Perancis. Berikutnya dipresentasikan dua puluh dua makalah di tiga ruangan yang berbeda dari Indonesia, Singapura, dan Malaysia. Saya sendiri mewakili Indonesia membahas tentang bagaimana cara mengembalikan Bahasa Indonesia sebagai Lingua Franca khususnya pada masyarakat penyandang buta aksara melalui kegiatan pascakeaksaraan berbasis potensi dan budaya daerah. Makalah ini merupakan presentasi hasil penelitian saya tahun ketiga dalam skim penelitian strategis nasional (Stranas). Bertindak sebagai moderator dalam sesi saya adalah Dr. Hedy Holzwarth dari Goethe universitat. Wakil dari Indonesia lain Dr. Dyah Werdiningsih, M.Pd mempresentasikan tentang bagaimana cara memperkokoh Bahasa Melayu dalam pembelajaran BIPA dengan strategi metakognitif, Dr. Hasan Busri, M.Pd membahas tentang kodifikasi BI sebagai Bahasa IPTEK, dan Ari Ambarwati, M.Pd membahas tentang pantun humor sebagai media pendidikan karakter toleransi. Di akhir sesi hari kedua ini ditutup oleh keynote speaker 3 Datuk Dr. Awang Sariyan, Ketua Pengarah Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia, yang membahas tentang Pemartabatan Bahsa Melayu di Peringkat Negara dan Antarbangsa.
Hari ketiga adalah kunjungan ke Library of Southeast Asian Studies di kampus Bockenheim. Sungguh suatu perpustakaan yang hebat, lengkap, dan rapi. Dengan sangat ramah, Prof. Dr. Arndt Graf menunjukkan koleksi-koleksi buku-buku kajian Asia Tenggara termasuk termasuk yang dari Indonesia. Yang agak aneh menurut kami, justru di perpustakaan ini koleksi buku-buku dan dokumen-dokumen lama yang bahkan di Indonesia sendiri belum tentu ada, di sini ada, antara lain buku-buku milik Ir. Soekarno mantan presiden RI yang pertama, dokumen-dokumen tentang candi Borobudur, dan bahkan ada dokumen-dokumen ‘rahasia’ tentang perkembangan perpolitikan Indonesia tersimpan di perpustakaan ini. Setelah kami bertanya dari mana perpustakaan mendapatkan berkas-berkas ini, Prof Graf menjawab selain membeli, juga mendapat hibah dari para professor yang sudah pensiun, dan yang tidak kalah mengejutkan, mereka menerima banyak dokumen itu dari Belanda yang akan “membuang” dokumen itu karena menganggap sudah tidak ada lagi yang mau membaca (sungguh keterlaluan ya Belanda, sudah menjajah 3.5 abad, semua kekayaan Indonesia dirampok, eh buku-buku dan dokumen penting yang dulu diambil demikian mudahnya dibuang….. untungnya ada Goethe Universitat yang mau menampung buku-buku itu). Karya sastra Indonesia juga banyak di perpustakaan ini, mulai dari novel-novel ringan karya Deddy D. Iskandar, Mira W, Andrea Herata sampai Pramoedya Ananta Toer ada di sini. Masih banyak lagi koleksi-koleksi lain di perpustakaan ini, yang hampir semua hal terkait dengan kajian negara-negara Asia Tenggara ada di sini. Kami juga diberi kesempatan melihat ruang kerja Prof. Graf. Di ruang ini sepertinya Indonesia pindah ke sini karena banyak pajangan seperti kain batik, tenun, wayang, topeng, dan sebagainya. Di salah satu rak juga terpajang foto Prof. Graf berjabat tangan dengan almarhum presiden RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Prof. Graf berterus terang sangat menyukai Islam di Indonesia dan Malaysia yang dianggapnya berbeda dengan negara lain.
Ayo Kuliah dan Daftar di UNISMA Malang sekarang!
Pendaftaran bisa melalui online: http://pmb.unisma.ac.id/
Hari-hari terakhir di Frankfurt kami habiskan dengan silaturrohiem sambil jalan-jalan mengelilingi Frankfurt. Dan baru kali ini kami berjalan-jalan dengan para petinggi Malaysia seperti Datuk Dr. Awang Sariyan, Ketua Pengarah Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia, Prof. Madya Dr. Sanat Md. Nasir, Prof. Dr. Mahzan Arshad, Prof. Dr. Hashim Musa, Prof Madya Dr. Siti Saniah Abu Bakar dan teman-teman dosen dari berbagai perguruan tinggi dengan naik kereta api yang nyaman. Sungguh pengalaman yang tak terlupakan…….
- Penulis Dr. Sri Wahyuni, M.Pd adalah Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerja Sama FKIP UNISMA Malang sekaligus Dosen Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana UNISMA Malang
- Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi http://www.kui.unisma.ac.id
- Popular Article atau Rubrik Opini http://www.kui.unisma.ac.id adalah terbuka untuk umum. Panjang naskah sekitar 500-600 kata (berbahasa Indoneisa atau bahasa Internasional). Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
- Naskah dikirim ke alamat e-mail: kui@unisma.ac.id
- Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.