Menebar Pendidikan Islam Multikultural di Negeri Petro Dollar Oleh M. Sulistiono Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam FAI UNISMA Malang
Tahun lalu acara Seminar Kefahaman Aqidah dan Pemikiran Semasa 2019 (SEKAPES) ke 2 digelar tepatnya dilaksanakan pada tanggal 14-15 Agustus 2019 di Kolej Universiti Perguruan Ugama Seri Begawan (KUPU SB) Brunei Darussalam. Meskipun telah berlalu acara tersebut memberikan pelajaran dan pengalaman yang luar biasa utamanya dalam mempelajari penerapan nilai-nilai Ahlussunnah Wal Jam’ah (ASWAJA) pada level internasional di Brunei Darussalam.
Ayo Kuliah dan Daftar di UNISMA Malang sekarang!
Pendaftaran bisa melalui online: http://pmb.unisma.ac.id/
Brunei Darusslam adalah negara yang memiliki julukan negara petro dollar karena termasuk negara yang memiliki pendapatan tertinggi perkapita di ASEAN. 1 Dollar Brunei jika dirupiahkan sekitar 10 ribu rupiah, sehingga negara Brunei termasuk salah satu negara tujuan untuk bekerja warga negara Indonesia, seperti menjadi pekerja bangunan, pembantu rumah tangga, dosen dll. Jumlah penduduknya yang sedikit dan pendapatan yang tinggi menciptakan pola pendidikan yang berbeda dengan Indonesia. Fokus pendidikan di Brunei sudah pada level peningkatan kualitas, tidak lagi membahas pemeratan pendidikan bahkan biaya pendidikan. Adapun pola kehidupan sosial di Brunei juga memiliki keunikan. Masyarakat Brunei lebih suka diam dirumah, oleh karenanya desian interior rumah lebih diperhatikan dari pada pagar rumah atau bagian luar rumah. Selain itu mengenal tetangga menjadi satu hal yang awam karena biasanya mereka menjalin pertemanan bukan melalui tetangga melainkan dari profesi, sekolah, hobi dan lain-lain.
Acara seminar intrnasional tersebut dihadiri menteri agama Brunei Darussalam yaitu Pehin Udana Khatib Dato Paduka Seri Setia Ustaz Haji Awang Badaruddin bin Pengarah Dato Paduka Haji Awang Othman. Acara tersebut juga dihadiri Prof. KH. Nasaruddin Umar, MA, Ph.D Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta Sebagai tamu kehormatan asal Indonesia. Nuansa Islami sangat kental sekali dalam acara seminar tersebut. Pembacaan Asma’ul Khusna secara bersama-sama menjadi salah satu protokoler dalam memulai acara yang diikuti pembacaan ayat suci Alqur’an. Hal ini menjadi unik karena biasanya Asma’ul Khusna di Indonesia dibaca siswa dan siswi madrasah.
Ayo Kuliah dan Daftar di UNISMA Malang sekarang!
Pendaftaran bisa melalui online: http://pmb.unisma.ac.id/
Di sela-sela acara tersebut para peserta seminar dari berbagai negara dipersilahkan untuk mencicipi makanan hasil karya mahasiswa dengan dipandu mahasiswa KUPU. Rata-rata makanan yang disajikan hampir sama dengan Indonesia hanya beda bahasa. Seperti kue bahulu di Indonesia kue bolu, kue sapit di Indonesia kue gapit, kue cincin dan lain-lain.
Seminar tersebut bertujuan memperkokoh aqidah ASWAJA. Pada prinsipnya tidak ada celah bagi aqidah non Aswaja berkembang di negara tersebut. Intervensi negara terhadap aqidah Aswaja menjadi pondasi yang kuat. Sehingga Aswaja kian kokoh tak mudah runtuh. Aswaja yang dianut di negara Brunei memiliki kesamaan dengan Aswaja yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Aswaja yang dimaksud yaitu dalam bidang teologi mengikuti Imam Al-Asy’ari dalam fiqih mengikuti imam empat (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali) namun di Brunei lebih cenderung imam Syafi’i. Dalam bidang tasawuf mengikuti imam Al-Ghazali.
Berkesempatan menjadi pensyarah/presenter Ketua Program Studi PAI FAI Unisma Malang menyajikan materi yang bertajuk Implementasi Prinsip-Prinsip Aswaja dalam Perspektif Prof. Dr. KH Muhammad Tolchah Hasan di Sekolah. Pembahasan memfokuskan pada penerapan prinsip Aswaja yang menurut pandangan Kiyai Tolchah dalam kajian keaswajaan atau keislaman inklusif, terdapat akar-akar nilai karakter inklusif yang mendorong terwujudnya budaya multikulturalis dalam suatu masyarakat atau bangsa, diantaranya At-ta’aruf, At-tawassuth, At-tasamuh, At-ta’awun, dan At-tawazun. Penerapan prinsip-prinsip Aswaja di sekolah ini adalah purwarupa sebagai Islam yang anti teror dan radikal. Lebih tegas lagi yaitu mewujudkan Islam yang rahmatan lil ‘alamiin. Pemikiran ini menjadi hal baru bagi warga Brunei karena istilah multikultural menjadi satu bahasan yang asing karena mereka sangat berhati-hati dalam menerima pemikiran baru. Mereka khawatir pemikiran tersebut keluar darin nilai-nilai ASWAJA. Walaupun pada kenyataannya di Brunei bisa dikatakan negara multikultural, karena ada banyak warga cina, india, melayu dan lain-lain yang tinggal di sana. Di akhir presentasi Haji Adanan bin Haji Basar rektor KUPU SB memberikan apresiasi terhadap pemikiran multikultural tersebut dan memberikan kesempatan untuk melakukan komunikasi lebih lanjut untuk membahas kerjasama ke depan antara KUPU SB Brunei Darussalam dan Unisma Malang Indonesia.
Ayo Kuliah dan Daftar di UNISMA Malang sekarang!
Pendaftaran bisa melalui online: http://pmb.unisma.ac.id/
- Penulis M. Sulistiono, M.Pd adalah Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam, Universitas Islam Malang (UNISMA Malang)
- Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi http://www.kui.unisma.ac.id
- Popular Article atau Rubrik Opini http://www.kui.unisma.ac.id adalah terbuka untuk umum. Panjang naskah sekitar 500-600 kata (berbahasa Indoneisa atau bahasa Internasional). Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
- Naskah dikirim ke alamat e-mail: kui@unisma.ac.id
- Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.