Menghadirkan Bahagia Spiritual di Tanah Suci oleh Dr. Hj. Ana Rokhmatussa’diyah, SH., MH. Dosen Fakultas Hukum UNISMA Malang
Travelling ke berbagai belahan bumi aau negara yang paling saya sukai adalah ke tanah suci (Makkah dan Madinah). Meski sudah berkali-kali mengunjunginya, tetapi tetap saja berhasrat besar dan kuat untuk Kembali kesana. Terasa ada ketenangan atau kebahagiaan yang sulit diungkapkan yang memanggilnya. Alhamdulillah, Allah memberikan Kesehatan dan kekuatan untuk bisa mengunjungi “RumahNya” (Baitullah) bersama para jamaah.
Memang logis kalau ada yang beranggapan, bahwa bisnis travelling, apalagi ke sejumlah negara, khususnya ke tanah suci atau ke tanah Arab seperti Makkah dan Madinah, sangatlah menguntungkan secara ekonomi, karena animo masyarakat sendiri untuk berangkat (mengunjungi) tanah suci (Makkah dan Madinah) sangatlah luar biasa, sehingga kalau dilihat dari pembiayaan dan tingkat konsumen, lantas dihitung dengan pengeluarannya, mestilah bernilai keuntungan.
Kalau dilihat dari sisi itu, tidak ada pihak pengelola travellig yang mengingkarinya. Mana ada bisnis atau pengelolaan modal (Keuangan) dalam jumlah besar dengan resiko yang besar pula yang tidak menggunakan logika keuntungan. Mana ada jerih payah yang ditunjukkan dengan mengerahkan banyak aspek yang tidak mempertimbangkan keuntungan lahir dan batin (psikologis dan spiritualitas).
Itu juga mencerminkan model usaha atau kinerja yang merambah atau memasuki wilayah global, melintasi berbagai negara, atau menghadirkan diri di tengah keragaman masyarakat dari seluruh penjuru dunia, yang tentu saja menjadi tantangan tersendiri bagi siapapun yang terjun di bisnis travelling seperti yang saya jalani. Saya menyukainya, karean diluar kepentingan dapat keuntungan dan membantu menghidupi (memberikan penghasilan) pada banyak karyawan dan pihak lain, saya merasa bahwa kekurangan saya dalam hidup ini, terutama dalam perbuatan khilaf dan salah, diberi kesempatan oleh Allah untuk meminta maghfirohNya.
Ayo Kuliah dan Daftar di UNISMA Malang sekarang!
Pendaftaran bisa melalui online: http://pmb.unisma.ac.id/
Barangkali atas dasar itu, banyak kawan-kawan lainnya terjun di dunia bisnis travelling. Mereka, dalam beberapa hal, tentulah sama dalam mewujudkan misinya, yakni bisa memberikan yang terbaik untuk konsumen atau masyarakat yang membutuhkan layanan, disamping tentu saja mendapatkan keuntungan yang tidak sedikit.
Bagi saya, yang jelas mengantarkan ribuan orang ke tanah suci merupakan kebahagiaan terndiri secara lahir dan batin. Dipercaya ribuan konsumen untuk menjadi “pelayan” atau “pendamping” merupakan apresiasi istimewa, yang bagi saya mengesankan kalau saya identik sebagai seseorang yang sudah banyak tahu, paham, atau mengenal tanah suci, sehingga dapat menghadirkan kepuasan lahir dan batin.
Dipercaya dengan posisi atau peran seperti itu, membuat saya terpanggiil untuk berupaya dengan maksimal dalam memberikan pelayanan, pendampingan atau pengantaran yang mencoba saya selaraskan dengan keinginan mereka (konsumen).
Kalau kenginan mereka di tanah suci bisa terpenuhi, saya menilainya, bahwa Sebagian kebahagian lahir dan batinnya terpenuhi. Pemenuhan atas kebahagiaan inilah yang tidak mudah, karena setidaknya dua hal harus terlaksana, yakni kegiatan pendampingan saat masyarakat (konsumen) membutuhkan atau harus menjalankan kegiatan-kegiata spiritualitas maupun kegiatan-kegiatan rekreatif, yang setidaknya dari kepentingan kepuasa kultural.
Kegiatan pertama dan utama yang berdimensi spiritual atau bertujuan pada penguatan spiritualitas adalah terwujudnya aktifitas para jamaah (konsumen) dengan mengunjungi dan menjalakan ajaran Islam, baik dalam bentuk kegiatan wajib maupun sunnah, yang diantaranya menjalankan rangkaian ibadah haji maupun umroh.
Ayo Kuliah dan Daftar di UNISMA Malang sekarang!
Pendaftaran bisa melalui online: http://pmb.unisma.ac.id/
Biasanya, saya membawa jamaah dengan mengunjungi sejumlah tempat atau destinasi. Artinya “bertamu” ke Mekkah Arab Saudi tidak lengkap rasanya jika tidak melihat sisi historis dan perkembangan tempat sakral yang kami kunjungi, terutama dua masjid suci umat Islam yaitu masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
Sejarah keduanya dapat dilihat atau diketahui di Museum Haramain. Museum yang dibangun oleh Raja Fahd bin Abdul Aziz ini dikenal dengan sebutan The Exhibition of Two Holy Mosques Architecture, di masjid ini kita bisa mempelajari mulai dari seluk beluk dan sejarah Masjidil Haram di Mekkah dan Masjidil Haram Madinah.
Museum Haramain itu terletak di sisi luar kota mekkah, tepatnya di jalan akses Mekkah-Jeddah lama yakni di kawasan Al Hamra. Museum Haramain ini terdiri dari tujuh ruangan. Bagian pertama saat kita memasuki bagian depan museum, kita dimanjakan dengan ruangan berisikan gambar dan model dua masjid dari masa ke masa dari mulai sebelum perluasan sampai dengan setelah perluasan. Bagian kedua ada ruang masjidil haram, yang berisikan barang-barang antik yang berhubungan dengan masjidil haram, selanjutnya bagian ketiga ada ruang Ka’bah yang berisi benda-benda yang berhubungan dengan ka’bah seperti kain kiswah, pintu ka’bah, kayu penyangga ka’bah dan lainnya.
Museum Haramain itu hanya salah satu tempat dari sekian banyak tempat yang kita kunjungi, yang sejatinya memcerminkan bahwa kalau mencari dan mendatangi obyek wisata saat bearada di tanah Arab, sangatlah banyak. Namun demikian, saya mesti mengingatkan, khususnya pada diri saya, bahwa “bertamu” ke tanah suci adalah mencari bahagia spiritual di “rumah” Allah, sehingga fokus penyelenggaraan kegiatan ke tanah suci, adalah bagiamana membua diri ini merasa bisa lebih dekat dalam proses berhablumminallah.
- Penulis Dr. Hj. Ana Rokhmatussa’diyah, SH., MH, Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Malang, Penulis sejumlah Buku, Ketua Pokja 1 TP PKK Kota Malang, Owner PT. Basmallah Utama Tour
- Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi http://www.kui.unisma.ac.id
- Popular Article atau Rubrik Opini http://www.kui.unisma.ac.id adalah terbuka untuk umum. Panjang naskah sekitar 500-600 kata (berbahasa Indoneisa atau bahasa Internasional). Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
- Naskah dikirim ke alamat e-mail: kui@unisma.ac.id
- Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.