Hompimpa Alaeum Gambreng dan Critical Thinking Anak SMA di Jepang oleh Mochamad Imron Azami Dosen FKIP UNISMA Malang

Pada suatu kesempatan, saya mendapatkan undangan untuk menjadi fasilitator di Onomichi-kita Senior High School yang terletak di Higashi Hiroshima, Jepang. Kami dijemput oleh salah satu Guru sekolah saat itu. Sesampainya di sekolah, kami diantar ke ruang kepala sekolah dan mendapatkan sedikit briefing tentang apa yang akan kita lakukan di kelas.

Setelah briefing, kami diantar murid-murid SMA Onomichi-kita High school untuk memasuki kelas satu per satu. Saya sudah disambut dengan murid-murid yang antusias dengan kedatangan saya. Singkat cerita saya memperkenalkan diri dihadapan puluhan murid di kelas dan satu guru Bahasa Inggris yang duduk dibelakang mengawasi murid-muridnya. Saat sebelum saya memperkenalkan diri, ada satu murid perempuan yang lumayan mahir menggunakan Bahasa Inggris sebagai moderator selama acara di kelas.

Setelah memperkenalkan diri, sesi tanya jawab pun dimulai. Ada beberapa murid yang antusias bertanya tentang culture shock yang saya alami selama di Jepang. Saya pun bercerita tentang ocha (Teh Jepang) pertama yang saya beli di vending machine dekat asrama tempat saya tinggal.

Ayo Kuliah dan Daftar di UNISMA Malang sekarang!

Pendaftaran bisa melalui online: http://pmb.unisma.ac.id/

Kebetulan saya suka minuman yang manis dan saat mencoba ocha yang saya beli di vending machine rasanya hambar dan pahit. Dan saya sampaikan ke murid-murid bahwa saya terbiasa minum teh menggunakan gula dan mereka terkejut karena teh di Jepang tidak menggunakan gula.

Setelah sesi tanya jawab seputar culture shock yang saya alami, tiba sesi selanjutnya ice breaking selama 30 menit. Pada saat ice breaking, saya diminta untuk bergabung dengan salah satu group yang terdiri dari 4 murid laki-laki, dan disitu kita bermain tebak-tebakan. Dalam menentukan siapa yang akan ditunjuk untuk memberikan jawaban murid-murid di Jepang biasanya melakukan suit Jepang (Jankenpon). Akan tetapi mereka saya ajari untuk melakukan suit ala Indonesia (Hompimpa Alaeum Gambreng).

bersama siswa-siswi di Jepang

Beberapa kelompok lain di kelas excited dengan apa yang kita lakukan, hingga setelah ice breaking selesai ada yang bertanya apa yang saya lakukan tadi di group. Saya pun menjawab kalau kita melakukan suit ala Indonesia. Saya pun memperagakan suit Indonesia yang menggunakan telapak tangan atas dan bawah.

Murid yang lain pun bertanya, apa yang saya katakan ketika melakukan suit ala Indonesia. Saya pun menjawab, ketika kita melakukan suit ala Indonesia kita harus mengucapkan “Hompimpa Alaeum Gambreng” yang berarti “dari Tuhan kembali ke Tuhan, mari kita bermain” yang diambil dari Bahasa Sanksekerta.

Ayo Kuliah dan Daftar di UNISMA Malang sekarang!

Pendaftaran bisa melalui online: http://pmb.unisma.ac.id/

Setelah itu ada satu murid lagi yang bertanya, jika kita melakukan suit Indonesia hanya dua orang saja, bagaimana menentukan pemenangnya. Saat itu saya bergumam dalam hati “Nice Question”. Dan saya pun memberikan apresiasi terhadap siswa yang bertanya pertanyaan itu. Saya menjawab jika hanya tinggal dua pemain saja, kita akan mengganti suit Indonesia dengan menggunakan ibu jari sebagai gajah, jari telunjuk sebagai manusia dan jari kelingking sebagai semut. Jika ibu jari bertemu dengan jari telunjuk maka ibu jari akan menang, sebaliknya ibu jari akan kalah jika bertemu dengan jari kelingking. Dan jika jari telunjuk bertemu dengan jari kelingking maka jari telunjuk akan menang, sebaliknya jari telunjuk akan kalah ketika bertemu ibu jari.

Pada suatu kesempatan, saya mendapatkan undangan untuk menjadi fasilitator murid di Onomichi-kita Senior High School yang terletak di Higashi Hiroshima. Kami dijemput oleh salah satu Guru sekolah saat itu. Sesampainya di sekolah, kami diantar ke ruang kepala sekolah dan mendapatkan sedikit briefing tentang apa yang akan kita lakukan di kelas.

Setelah briefing, kami diantar murid-murid SMA Onomichi-kita High school untuk memasuki kelas satu per satu. Saya sudah disambut dengan murid-murid yang antusias dengan kedatangan saya. Singkat cerita saya memperkenalkan diri dihadapan puluhan murid di kelas dan satu guru Bahasa Inggris yang duduk dibelakang mengawasi murid-muridnya. Saat sebelum saya memperkenalkan diri, ada satu murid perempuan yang lumayan mahir menggunakan Bahasa Inggris sebagai moderator selama acara di kelas.

Setelah memperkenalkan diri, sesi tanya jawab pun dimulai. Ada beberapa murid yang antusias bertanya tentang culture shock yang saya alami selama di Jepang. Saya pun bercerita tentang ocha (Teh Jepang) pertama yang saya beli di vending machine dekat asrama tempat saya tinggal.

Ayo Kuliah dan Daftar di UNISMA Malang sekarang!

Pendaftaran bisa melalui online: http://pmb.unisma.ac.id/

Kebetulan saya suka minuman yang manis dan saat mencoba ocha yang saya beli di vending machine rasanya hambar dan pahit. Dan saya sampaikan ke murid-murid bahwa saya terbiasa minum teh menggunakan gula dan mereka terkejut karena teh di Jepang tidak menggunakan gula.

Setelah sesi tanya jawab seputar culture shock yang saya alami, tiba sesi selanjutnya ice breaking selama 30 menit. Pada saat ice breaking, saya diminta untuk bergabung dengan salah satu group yang terdiri dari 4 murid laki-laki, dan disitu kita bermain tebak-tebakan. Dalam menentukan siapa yang akan ditunjuk untuk memberikan jawaban murid-murid di Jepang biasanya melakukan suit Jepang (Jankenpon). Akan tetapi mereka saya ajari untuk melakukan suit ala Indonesia (Hompimpa Alaeum Gambreng).

Beberapa kelompok lain di kelas excited dengan apa yang kita lakukan, hingga setelah ice breaking selesai ada yang bertanya apa yang saya lakukan tadi di group. Saya pun menjawab kalau kita melakukan suit ala Indonesia. Saya pun memperagakan suit Indonesia yang menggunakan telapak tangan atas dan bawah.

Murid yang lain pun bertanya, apa yang saya katakan ketika melakukan suit ala Indonesia. Saya pun menjawab, ketika kita melakukan suit ala Indonesia kita harus mengucapkan “Hompimpa Alaeum Gambreng” yang berarti “dari Tuhan kembali ke Tuhan, mari kita bermain” yang diambil dari Bahasa Sanksekerta.

Setelah itu ada satu murid lagi yang bertanya, jika kita melakukan suit Indonesia hanya dua orang saja, bagaimana menentukan pemenangnya. Saat itu saya bergumam dalam hati “Nice Question”. Dan saya pun memberikan apresiasi terhadap siswa yang bertanya pertanyaan itu. Saya menjawab jika hanya tinggal dua pemain saja, kita akan mengganti suit Indonesia dengan menggunakan ibu jari sebagai gajah, jari telunjuk sebagai manusia dan jari kelingking sebagai semut. Jika ibu jari bertemu dengan jari telunjuk maka ibu jari akan menang, sebaliknya ibu jari akan kalah jika bertemu dengan jari kelingking. Dan jika jari telunjuk bertemu dengan jari kelingking maka jari telunjuk akan menang, sebaliknya jari telunjuk akan kalah ketika bertemu ibu jari.

Ayo Kuliah dan Daftar di UNISMA Malang sekarang!

Pendaftaran bisa melalui online: http://pmb.unisma.ac.id/

Saya pun mendapatkan pengalaman yang berharga ketika berkunjung di Onomichi-kita High School tentang kepercayaan diri murid yang walau terbata-bata bertanya menggunakan bahasa inggris yang ala kadarnya, tetap mereka berani bertanya dan pikiran kritis yang dimiliki murid-murid Jepang sangat diperlukan dan merupakan salah satu skill yang harus dikuasai di era Revolusi Industri 4.0

Saya pun mendapatkan pengalaman yang berharga ketika berkunjung di Onomichi-kita High School tentang kepercayaan diri murid yang walau terbata-bata bertanya menggunakan bahasa inggris yang ala kadarnya, tetap mereka berani bertanya dan pikiran kritis yang dimiliki murid-murid Jepang sangat diperlukan dan merupakan salah satu skill yang harus dikuasai di era Revolusi Industri 4.0

  • Penulis Mochamad Imron Azami adalah Dosen Pendidikan Bahasa Inggris FKIP UNISMA Malang
  • Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi http://www.kui.unisma.ac.id
  • Popular Article atau Rubrik Opini http://www.kui.unisma.ac.id adalah terbuka untuk umum. Panjang naskah sekitar 500-600 kata (berbahasa Indoneisa atau bahasa Internasional). Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
  • Naskah dikirim ke alamat e-mail: kui@unisma.ac.id
  • Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.